Rabu, 30 Desember 2009

feedback for sema 2010

Banyak buku Benny Rahmadi (sebenernya gak bisa dibilang buku juga, soalnya isinya ilustrasi semua) yang menghibur dan cukup membuka mata saya terutama tentang betapa luasnya kehidupan. Ada “Lost in Bali” dan buku tentang karakteristik Orang Jakarta yang membuat saya tersenyum2 membacanya serta ditambah bumbu2 nyindir. :p Satu buku juga yang saya kutipkan adalah “Dari presiden ke presiden”. Buku ini bagus dan recommended buat para pemimpin2 terutama untuk kembali merecharge dan mengingatkan untuk apa menjadi pemimpin?

Buku part 1 tentang tingkah polah elite politik. Di dalamnya Benny membahas kepemimpinan 4 Presiden, Habibie, Gusdur, Mega, dan SBY dengan warna yang berbeda2. Saya mempointkan beberapa halaman yang menurut saya itulah realita yang ada bahkan di dunia perpolitikan mahasiswa.

“susahnya nyari pemimpin”
“ga semudah ngulek sambel kacang” (di ilustrasinya ada mbok2 lagi ngulek)
“padahal semuanya orang hebat, orang2 nomor 1”
“tetep aja orang kayak gw Cuma kebagian pedesnya”

Ganti presiden, berarti ganti kebijakan, bener ga? Berarti ganti yang ngulek, berarti yang dirasain rakyat kecil pun beda2, ada yang pedesnya doing, ada yang bawangnya doing, bahkan ada yang aromanya doang. Emang kapan sih kerasanya? Di awal pemerintahan semua orang euphoria, berharap ini adalah perbaikan buat nasib rakyat semua. Di tengah2 mulai ada intervensi orang luar, entah itu dari antek2nya kabinet lama atau dari kabinet yang baru mau mencalonkan untuk pemilihan selanjutnya (biasa, yg mau nyari2 kesalahan dulu biar punya power buat pemilu selanjutnya). Dan dengan intervensi itu juga rakyat pun mulai dipanas2i untuk menjadi kontra dan kritisi yang berlebihan. Di akhir2 mau turun makin banyak rakyat yang panas minta turun presidennya dan diganti yang baru. Dan ketika presiden yang baru naik, siklus tadi berulang lagi.

Kalo di perpolitikan kampus mah gak selebay ini, jadi memang gak bermasalah, Cuma yang harus paling diperhatikan, diawal dan di akhir. Begitu besar harapan mahasiswa dengan pemerintahan yang lebih baik lagi. Inget banget pas di awal kepengurusan kang andri yang masih banyak mahasiswa yang apatis dan kang andri mau mengubah itu semua dengan keaktifan 100%. Berhasil? Berhasil dong pastinya.. Dengan targetan tersebut, berarti kang andri menitik beratkan pemerintahannya di bidang kaderisasi dan UKM, benar? Benaar! =p Nah, bagaimana di akhirnya? Saya yang termasuk di dalamnya, gak terlalu merasakan adanya kesalahan. (biasalah, biasanya malah orang luar kan yang ngerasain kejanggalan2 dan kenegatifan itu). Tapi akhirnya mata, telinga, dan hati saya terbuka. Target boleh saja berhasil, tapi ternyata karena focus dengan itu, masalah baru pun muncul. Yang paling ekstreme itu yang habisnya dana kemahasiswaan. Kenapa? Yah, semua orang kayaknya udah tau factor utamanya. Dana yang direncanakan di proposal tahunan ga sama dengan yang dikeluarkan pas acaranya. Ga ada yang memfixkan ke rancangan anggaran proposal tahunan. Factor lain, banyak sekali perjalanan dan pendelegasian yang dilakukan setiap UKM dan seksi2, yang di proposal tahunan itu tidak pernah dicantumkan (karna hanya mencantumkan dana untuk program kerja saja) sehingga menurut saya menghabiskan hampir seperempat dana yang ada. Bayangin aja, satu seksi minimal ada 2 perjalanan, tiap perjalanan dilakukan oleh minimal 3orang, jadi minimal ada 6 orang di tiap seksi. Kalo ada 9seksi, berarti ada 54 orang yang didanai untuk perjalanan. Anggap aja 1 orang minta 1juta, jadi udah 54juta, bukan? Itu baru seksi, gimana dengan 18 UKM?
Ada lagi, konsumsi. Pada pembuatan proposal, dana yang diminta dengan barang yang diminta itu suatu hal yang beda, bukan? Padahal itu sama saja. Apa maksudnya? Jadi misalnya, saya buat proposal minta dana 10 juta, plus konsumsi untuk 100 orang (yang jika diuangkan menjadi 1juta misalnya). Nah, berarti saya minta dana bukan 10juta dong, tapi 11juta, iya ga? Tapi hal itu yang nggak diketahui mahasiswa, yang lagi2 membuat dana habis, walaupun hanya sekian persen.

Saya sendiri merasa sangat kecewa. Kenapa? Kalo ga salah, di proposal tahunan saya minta dana ratusan juta, tapi ketika saya mau menggunakan itu di akhir tahun untuk hublu expo, studi banding, munas, dan acara2 lainnya, saya nggak mendapatkannya. Memang salah saya juga, kenapa ga minta di awal2, tapi saya tetap merasa gak adil. Saya hanya menggunakan paling banyak 10juta, which means 5-10% dari total anggaran yang saya buat, itu sangat menghambat buat saya.

Memang sih, mahasiswa FK Unpad sudah terprogram punya dana kemahasiswaan yang cukup besar (bukan cukup lagi, tapi banyak banget), jadi susah untuk mereka untuk mandiri. Pengen banget belajar untuk mandiri, mungkin kita bisa belajar dari unud, yang sangat keren karena mereka sering membuat acara2 skala nasional dan internasional dengan dana yang besar dan mereka selalu bisa menutupi itu. Jangan jauh2 deh, belajar aja dari unisba, dana kemahasiswaan mereka bahkan ga sampe sepuluh persennya dari Unpad, tapi mereka bisa melakukan kegiatan2, kemahasiswaannya pun jalan. Itulah hal yang ingin saya capai di studi banding YANG TIDAK TERLAKSANA KARENA DANA. Mudah2an bisa dilaksanakan di tahun berikutnya oleh Ribonk dan kawan2.

Kecewa saya yang kedua, saya merasa saya sebagai hublu, anggota bidang tiga merasa di anak tirikan. Kenapa? Kemahasiswaan yang tidak seimbang menurut saya. Gak hanya saya, tapi semua seksi di bidang 3 merasakan hal itu. Kalo ibaratnya kamar tidur utama, ruang tidurnya itu diperuntukkan untuk bidang 1, sedangkan kamar mandinya untuk bidang 3. Saya merasa kegiatan social, kegiatan berhubungan, dan kegiatan informasi hanya sebagai pelengkap, bukan sebagai tempat orang mengeksplor diri seperti dilakukan di bidang 1, padahal itu penting bagi kami. Saya bukan ingin seksi2 di bidang 3 diberikan jatah di ruang tidurnya. Saya berharap senat pilih kamar tidur yang nggak punya kamar mandi, sehingga posisi setiap bidang sama, dan kaitan, kesinergisan, serta kekompakkan setiap bidang bisa lebih terasa. Semoga di pemerintahan selanjutnya, tidak ada lagi yang merasa ditirikan seperti kami. =p
Zaman Gusdur adalah zaman yang paling karut marut menurut saya. Dari mulai nepotisme. Waah, terkenal banget kan pas jaman itu, era nya bagi2 kekuasaan. Ckckckk, dari mulai utak-atik kursi di departemen2 sampai membuat banyak sekali badan2 dan dewan2 baru yang gak jelas esensi dan efektifannya buat apa. Kenapa? Karena banyaknya bisikan2 yang ada di belakang presiden itu sendiri. Apalagi presidennya kayak gitu, ngomong doang, no action, terbukti di rapor 100 harinya yang masih banyak sekali merahnya. Kalo di pemerintahan kampus saya, saya kira gak ada yang begini. Saya yakin kok di setiap diri ketua senat pasti memilih orang2 yang kira2 tepat untuk melanjutkan perjuangan orang2 sebelumnya. Begitu juga dengan ketua2 nya, dengan gaya kepemimpinan masing2, bisa memajukan FK Unpad dengan targetan dan caranya masing2.

Saya sebagai masyarakat FK Unpad sangat berharap terjadi kesinergisan di dalam SeMa selanjutnya dan tidak ada lagi ke”lose”an yang terjadi karena terlalu focus pada hal tertentu. Semoga berhasil Senat Mahasiswa 2010! =)

Tidak ada komentar: