Rabu, 30 Desember 2009

Be a great Wife! (pArt 1)

Aku melihat Buku ini ada diatas keyboard di rumahku. Inget banget, ini buku dipinjemin temennya si ibu waktu aku lagi nemenin si ibu main ke rumahnya, katanya biar ga bosen, baca aja tuh buku! Hehee. dulu ga aku baca banget, aku kasih ke bule’ku yang mau nikah supaya dia baca. Dan sekarang, buku itu kembali lagi ke tanganku, apa artinya memang aku harus baca? Hmm..

Siap ga siap, mau ga mau, jodoh itu akan datang. Kalo jodohnya lama, ya ga masalah, masih bisa nyiapin diri, tapi kalo jodohnya cepet, gimana? Sebagai kaum hawa, meskipun kita menunggu ada yang datang, kita juga harus ikhtiar, ya toh? Jadi ya ga masalah, dari sekarang mulai baca-baca buku yang beginian biar berilmu keistrian, biar ga salah jalur. 

Di buku ini, ada 20 karakteristik great wife, tapi banyak yang sejenis, jadi dirangkum2 sama aku jadi Cuma 10 poin, dan ini udah disentuh sama aku, jadi udah ga orisinil. Kalo menurut saya, jika memenuhi seluruh poinnya, bukan hanya jadi sekedar great wife, tapi super wife! Kenapa? Check this story out, supaya bisa ngerti kenapa super wife.

# 1. KONSISTEN DALAM MENJALANKAN AGAMA ALLAH LAHIR DAN BATIN, TANPA RAGU, MALAS, ATAUPUN NAFSU. TIDAK ADA MASALAH ANTARA DIRINYA DAN SUAMINYA DALAM HAL KETAATAN TERHADAP ALLAH DAN RASUL. SENANTIASA BERIBADAH, BERZIKIR, SEIMBANG DUNIA DAN AKHIRAT. Jelas sekali, agama adalah hal yang utama. Sholehah! Siapa yang tidak mau istri solehah? Istri yang beragama adalah perhiasan dunia yang terbaik (HR. Muslim). Makna sholehah sendiri bagaimana? Dia menjaga dirinya diluar ataupun di dalam rumah, senantiasa shalat malam dan membangunkan suaminya untuk bersama-sama shalat malam, melahirkan anak-anak yang shaleh dan bermanfaat dunia akhirat. Trus, apa yang bisa kita lakukan? Belajar, dan terus belajar tentang agama. Sampai saat ini, meskipun kakek saya adalah ulama, om saya adalah ustadz, keluarga saya dari islam yang kuat tapi fleksibel, dan saya juga keluaran semi pesantren, saya sendiri menyadari, masih kurangnya pengetahuan saya tentang agama. Bagaimana saya bisa mendidik anak-anak saya dengan pengetahuan yang hanya segini saja? Subhanallah. Lalu apa lagi yang bisa kita lakukan? Menjaga diri. Yak benar sekali! Menjaga dari terjerumusnya diri kedalam pergaulan yang bebas. Hal itu dekat sekali dengan kita, dunia gemerlap (wah, ini aja saya udah tidak asing lagi dengan isinya, wong pernah! Hehee.), kissing, minum, petting, bahkan sampai berhubungan. Hal kecil, berpegangan tangan (dengan nafsu maksudnya) aja bisa sampe kemana-mana, ya kan? Wallahu alam.

# 2. AKHLAKNYA BAIK, SIKAPNYA TENANG, LEMBUT DAN FLEKSIBEL, UCAPANNYA BAGUS, SEDERHANA, KONSISTEN, TIDAK DENGKI DAN DENDAM, TIDAK MEMBANGKANG PERINTAH SUAMINYA, DAN TIDAK SOMBONG. Suami ingin mendengar kata-kata rindu, syukur, cinta dan kelembutan seorang istri. Wajar sih emang. Udah cape2 seharian kerja, pengennya di rumah di lembutin, dimanja, disenangi lah pokoknya. Suara wanita yang manja juga penting loh. Buat wanita, mandiri boleh, tapi tetep harus merendah jika bersama suami. Maksudnya merendah itu bukan yang negative, tapi selalu membuat suaminya merasa dihargai. Wahwah, makanya, dibelakang laki-laki yang hebat ada perempuan yang hebat. Perempuan lah tempat berlabuhnya suami, juga tempat pijakan kebahagiaan suami. Maka istri yang baik, akan selalu menjaga kebahagiaan suami. Tapi dengan catatan, suami juga harus membahagiakan, menyayangi, dan melindungi istri.

# 3. MENUNTUT ILMU, MENGETAHUI KEDUDUKAN ILMU, KEUTAMAAN, SERTA URGENSINYA, DAN MENGAMALKAN ILMU TERSEBUT, JUGA MEMILIHKAN ILMU2 YANG BAIK KEPADA ANAK2NYA. Jadi inget kata-kata dokter elsa, “nanti kalo kamu sudah punya anak, jangan ngasih anak ke baby sitter ato pembantu. Nanti pola pikirnya jadi pola pikir si pembantunya, yang diajarin ntar yang diketahui sama si pembantunya! Kalopun ada pembantu, dipake seadanya aja. Jangan pilih pembantu yang pinter, pilih aja yang bodoh, nanti diajarin dulu sama kamu, jadi pas ngurusin anak kamu, dia udah pake pola pikir yang kamu ajarin”. Uooo, jadi ibu harus pandai, no. 1 tadi udah cerdas agama, no.2 cerdas menyenangkan hati suami, nah no. 3 ini cerdas dalam berilmu, berwawasan luas, nyambung kalo duduk dimana aja, tapi tetep punya ilmu yang dia kuasai. Kalo dokter misalnnya, dia punya ilmu kedokteran dan mengamalkannya. Tetapi dia juga harus update berita dan isu hangat yang terjadi, tau jenis music dan film yang lagi popular, dan bisa diajak berdiskusi masalah kebudayaan. Pokoknya all in one. Kalo dari mahasiswanya atau dari kecil udah dibiasakan update Koran atau breaking news, pasti udah dewasanya juga kebawa. Mendidik anak, itu gampang-gampang susah katanya. Gampangnya kita bisa nentuin dan milih ilmu apa yang mesti didapat oleh si anak. Ilmu agama itu paling penting. Nah, susahnya adalah pengaruh lingkungan! Duhh, apalagi pergaulan anak2 jaman sekarang. Susah banget diawasinya. Nah, biasanya pola mendidik anak, secara tidak langsung akan dipelajari dari bagaimana orangtuanya mendidik dirinya. Saya misalnya, dididik oleh orangtua saya seperti ini, dan saya rasa ini berhasil untuk membentuk diri saya, sehingga saya akan menerapkan ini kepada anak saya. Dan biasanya, membentuk diri anak2 itu adalah seorang ibu, bukan ayah. Maka buat suami, pilih istri yang berakhlak baik dan yang dia inginkan anak-anaknya seperti ibunya.

# 4. MENGERTI KEDUDUKAN SUAMI YANG TELAH DIGARISKAN ISLAM, BIJAKSANA, MENUNAIKKAN KEWAJIBANNYA SESEMPURNA MUNGKIN SEBAGAI IBADAH TERHADAP ALLAH. Segala perintah suami yang tidak bertentangan dengan agama adalah wajib bagi istri. Ini hal yang harus dipahami. Perempuan kota, cenderung menganggap ini sebagai suatu kekangan. Padahal tidak. Perempuan butuh imam, sebelum memiliki imam, perempuan punya orangtua yang harus diimami. Perempuan adalah pengikut, tetapi pada jalan yang tepat. Jika dirasa jalannya tidak tepat, perempuan berhak menunjukkan kompas kepada sang imam, dan ketika sudah terlanjur salah, istri berkewajiban untuk membantu mencari arah. Walaupun seorang istri menjadi direktur di kantornya, di rumah dia tetap seorang istri, bukan seorang pemimpin. Saya sendiri paham betul dengan ini, melihat dari kedua orangtua saya, jika ayah saya bilang tidak, walaupun si ibu ngomel2, beliau tetep nurut dan menjalankan apa kata ayah.

Tidak ada komentar: