Idealisme dokter baru lulus, akan banyak menemukan ke tidak sesuaian hati nurani dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Kalau saya mahasiswa teknik mungkin tidak akan berpikir sedemikian rupa, karena tidak langsung berhubungan dengan manusia. Atau kalau saya lulusan sosial mungkin orientasi saya berbeda.
Dari awal kuliah di fakultas ini, kami selalu diingatkan untuk lulus sebagai pengabdi. " Kami mengucapkan terima kasih kepada para orangtua yang sudah mewakafkan anaknya di jalan pengabdian kemanusiaan." Begitu kata dekan FK UNPAD, Prof. Tri. Saya sendiri sadar apa maksud hal tersebut saat saya mengikuti kegiatan Koas di RSHS. Sadar bahwa memang seharusnya kita punya jiwa empati tinggi untuk bisa benar2 seperti itu. Idealnya, kita berlaku seperti itu ketika di lapangan, namun realita dan keterbatasan hak yang didapat dari profesi sebagai dokter menyebabkan sebagian dari kami melenceng dari jalan.
Saya banyak menemukan ketidak ideal an praktik kedokteran di kehidupan nyata. Keanehan yang sudah menjadi kebiasaan, sehingga tidak lagi menjadi hal tabu, bahkan kalau dosa ya akan terus2an dosa dan itu sudah menjadi hal yang biasa.
klinik2 di kota bandung rata2 punya jam kerja pagi jam 8-12, lalu sore jam 4-8 malam. ada juga klinik 24 jam. biaya berobat pasien ke dokter di klinik adalah rata2 20-25ribu. Murah bukan? Betul, karena jumlah klinik swasta di kota Bandung ada banyak sekali, sehingga setiap klinik berlomba-lomba untuk menjadi yg terbaik, termasuk tarif dokter. Tapi tahukah masyarakat, dari 25 ribu itu, hanya 5ribu rupiah gaji untuk dokter. Kebijakan setiap klinik memang beda2, Setelah kuliner mencoba beberapa klinik, dari 8 klinik di kota bandung yang pernah saya tau, sistem pembayaran ke dokternya berbeda-beda.
Dari awal kuliah di fakultas ini, kami selalu diingatkan untuk lulus sebagai pengabdi. " Kami mengucapkan terima kasih kepada para orangtua yang sudah mewakafkan anaknya di jalan pengabdian kemanusiaan." Begitu kata dekan FK UNPAD, Prof. Tri. Saya sendiri sadar apa maksud hal tersebut saat saya mengikuti kegiatan Koas di RSHS. Sadar bahwa memang seharusnya kita punya jiwa empati tinggi untuk bisa benar2 seperti itu. Idealnya, kita berlaku seperti itu ketika di lapangan, namun realita dan keterbatasan hak yang didapat dari profesi sebagai dokter menyebabkan sebagian dari kami melenceng dari jalan.
Saya banyak menemukan ketidak ideal an praktik kedokteran di kehidupan nyata. Keanehan yang sudah menjadi kebiasaan, sehingga tidak lagi menjadi hal tabu, bahkan kalau dosa ya akan terus2an dosa dan itu sudah menjadi hal yang biasa.
klinik2 di kota bandung rata2 punya jam kerja pagi jam 8-12, lalu sore jam 4-8 malam. ada juga klinik 24 jam. biaya berobat pasien ke dokter di klinik adalah rata2 20-25ribu. Murah bukan? Betul, karena jumlah klinik swasta di kota Bandung ada banyak sekali, sehingga setiap klinik berlomba-lomba untuk menjadi yg terbaik, termasuk tarif dokter. Tapi tahukah masyarakat, dari 25 ribu itu, hanya 5ribu rupiah gaji untuk dokter. Kebijakan setiap klinik memang beda2, Setelah kuliner mencoba beberapa klinik, dari 8 klinik di kota bandung yang pernah saya tau, sistem pembayaran ke dokternya berbeda-beda.
1. Menggunakan uang duduk. Rata-rata 50-75ribu dalam 4-6 jam. Dengan rincian uang duduk 50ribu biasanya. Ada tambahan fee untuk dokter setelah pasien ke 5-10 dokter mendapat fee 5000/pasien untuk pasien umum dan2500/pasien untuk pasien kontrak. Ada juga yang flat sekali datang dibayar 50-75 ribu. Mau ada pasien/tidak dibayar segitu. Ada juga klinik yang dibayar per jam 10ribu, bahkan ada yang 6500 per jam nya.
2. Rata-rata jasa dokter yang diberikan oleh pasien untuk dokter adalah 20-25ribu. Biasanya klinik memberikan 5ribu/pasien untuk bayaran dokter. Ya kira-kira 20-25%nya saja yang dibayarkan ke dokter, sisanya untuk keuntungan klinik.
3. Klinik juga mengambil keuntungan dari obat. Ada yang terang-terangan menyebutkan di meja dokter setiap pasien berobat minimal 60ribu, atau minimal diberikan 3 obat,atau harus diberikan antibiotic untuk sakit batuk pilek panas 1 hari.
Untuk nomor 3, saya sendiri tidak keberatan klinik mengambil keuntungan dari obat, namun alangkah lebih baiknya jika tidak dibatasi untuk pemberian obat. Biarlah dokter memberikan obat sesuai kebutuhan pasien. Memang ada pasien yang diberikan beberapa jenis obat. Namun jika kebutuhannya hanya 1 jenisobat, buat apa saya memberikan 3 macam obat? Tidak ada manfaatnya untuk pasien. Bahkan vitamin pun butuh-butuh ngga. Memang tidak ada indikasi khusus seorang pasien diberikan vitamin, jadi pemberian vitamin hanya untuk membantu meningkatkan daya tahan tubuh, sehingga tubuh bisa melawan penyakitnya sendiri. Jadi menurut saya aturan tersebut tidak sesuai dengan prinsip beneficence untuk pasien.
Ada juga klinik yang mewajibkan pasiennya diberi antibiotic.Karena menurut dokter pemilik kliniknya, supaya pasien cepat sembuh, biar nanti kalau sakit datang lagi ke klinik itu, jadi biar laku. Itu juga melanggar prinsip non maleficence, karena tidak sesuai dengan yang dibutuhkan. Bisa jadi menimbulkan banyak resistensi antibiotic di masyarakat. Bisa jadi juga memicu adanya reaksi alergi obat pada pasien karena paparan yang terus menerus. Jadi bukan semata-mata karena ingin keuntungan belaka jadi malah merugikan pasien. Antibiotic diberikan kalau ada indikasi sakit ini disebabkan oleh bakteri. Untuk batuk pilek panas misalnya, kalau batuk berdahak hijau atau panas batuk pilek lebih dari 3 hari, baru kita berikan antibiotic.
Ada juga suntik antibiotic untuk penyakit tertentu. Di kedokteran ada SOP pengobatan, yang di tiap tempat beda-beda.Namun rujukan kita adalah pedoman dari dinkes atau who. Untuk suntik antibiotic misalnya, jika di pedoman lini pertama adalah cefixime, ya lebih baik kita memang memberi cefixime. Jika tidak ada tersedia diberikan yang lain, seperti kanamisin. Dengan tariff yang berbeda tentunya. Karena cefixime lebih mahal dibandingkan kanamisin. Namun di praktek yang terjadi, semua dipukul rata disuntik kanamisin, namun ditarif sesuai harga cefixime. Memang pasien tidak akan tahu, namun ini namanya membohongi pasien. Resistensi terhadap kanamisin juga akan cenderung lebih besar nantinya. Padahal kanamisin disiapkan untuk pengobatan penyakit tb jika banyak terjadi resistensi pada obat yang sekarang.
Jadi banyak hal-hal yang tidak sesuai dengan hati nurani dan etika sebenarnya, namun Karena ini sudah menjadi kebiasaan,jadi tidak terasa lagi bahwa ini hal yang salah. Kalau kebaikan mah kebawa sepanjang hayat ya, kalau kesalahan juga ga berhenti2 yah dibawa sepanjang hayat? Serem deh. Hihii.
Jadi buat dokter-dokter baru, pilihlah yang sesuai dengan hatinurani. Kita semua akan tahu mana yang salah mana yang benar,karena dokter baru lulus itu masih suci dan polos. Kita selalu diajari yang baik-baik, Jadi kerasa kalau ada yang salah. Pilih tempat yang menghargai dokter, pilih yang menguntungkan pasien, sesuai kebutuhan pasien, dan tidak merugikan pasien.Pilih yang prinsipnya tidak banyak mendekati bisnis murni, tapi yang tujuan sosialnya juga ada. Karena dokter juga butuh uang untuk hidup. Pasien tidak akan sayang mengeluarkan uang untuk membayar jasa dokter, tapi kita juga harus selalu berusaha sebaik mungkin untuk kesembuhan pasien.
Tulisan ini dibuat tidak dengan tujuan apa2, hanya untuk membuka wawasan bagi dokter2 untuk tidak diperbudak oleh profit oriented klinik. Wajar memang mengambil untung, tapi dipilih2 juga yang bisa menghargai dokter sesuai dengan profesinya. Semoga bermanfaat. :)